KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan seluruh alam, atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Dasar Pengantar Ilmu
Kesehatan Masyarakat tentang “Epidemiologi
Stroke” dengan baik sesuai waktu yang telah di sepakati bersama.
Makalah ini di susun dalam rangka
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat yang di
bimbing oleh Ibu Christine Vita Gloria Purba, SKM. Atas tersusunnya makalah ini
banyak pihak yang ikut berpatisipasi di
dalamnya sehingga selesainya makalah ini, maka di ucapakan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Isi dari makalah ini kami menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan disana-sini, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Untuk itu kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan isi
dari makalah tersebut sangat kami harapkan.
Demikian makalah ini kami buat
kiranya bermanfaat bagi yang memerlukannya. Penyusun berharap agar setelah
membaca makalah ini, para pembaca dapat memahami dan memberikan kritik dan
saran, guna perbaikan masa yang akan datang.
Lubuk
Pakam, Januari 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar....................................................................................................................
i
Daftar
Isi ................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang.................................................................................................
1
1.2.Rumusan
Masalah .......................................................................................... 2
1.3.Tujuan
Penulisan Makalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Gambaran dan
Epidemiologi Stroke ............................................................. 3
2.2.
Batasan dan Klasifikasi Stroke ..................................................................... 4
2.3.
Faktor Risiko Stroke ..................................................................................... 5
2.4.
Gambaran Klinik dan Diagnosis Stroke ........................................................ 6
2.5.
Registrasi Stroke ........................................................................................... 7
2.6.
Waktu Awitan Stroke ................................................................................... 8
2.7.
Patofisiologi Stroke Iskemik ......................................................................... 8
2.8.
Hipertensi dan Stroke .................................................................................... 9
2.9.
Upaya Pencegahan Stroke ............................................................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan.....................................................................................................
11
3.2.
Saran...............................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Stroke merupakan slah satu masalah kesehatan yang
serius karena ditandai dengan tingginya mordibitas dan mortalitasnya. Selain
itu tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya. Hasil survei kesehatan
rumah tangga menunjukkan peningkatan proporsi penderita stroke di rumah sakit,
yakni 0,72/100 penderita pada tahun 1984 menjadi 0,95/100 penderita di tahun
1986.
Stroke menempati kedudukan ketiga
dalam urutan penyebab kematian, setelah penyakit jantung dan keganasan di
negara maju. Di negara sedang berkembang, selain jumlahnya yang banyak angka
kematiannya masih cukup tinggi. Stroke merupakan penyakit neurologis yang
terbanyak dijumpai. Ditemukan penderita rawat inap di bangsal saraf sebanyak
41,6% di Surabaya (1987), 43% di Semarang (1987). Di samping itu, stroke yang
merupakan penyakit yang mengenai sistem saraf, memberikan cacat tubuh yang
berlangsung kronis dan dapat terjadi tidak saja pada orang-orang berusia
lanjut, tetapi juga pada orang-orang usia pertengahan (40-5- tahun), yang mana
pada usia inilah orang berada dalam keadaan aktif dan produktif.
Serangan
stroke adalah akut dan menyebabkan keatian mendadak. Angka kematian dapat
mencapai 36%. Namun sampai dewasa ini belumlah jelas penyebabnya. Secara patofisiologi
dikatakan bahwa stroke berkaitan dengan gangguan aliran darah ke otak.
Di
Indonesia, ada kecenderungan meningkat, berdasarkan laporan dari rumah sakit di
27 provinsi di mana ditemukan bahwa pada tahun1984 : 720/100.000, 1985
:890/100.000, dan 1989 : 950/100.000 penduduk. Di Ujungpandang, angka-angka
statistik menggambarkan kecenderungan terus meningkatnya jumlah penderita
stroke. Dari dua rumah sakit pendidikan (rumag sakit umum dan rumah sakit
Pelamonia) kasus stroke menempati 40% dari semua pasien rawat inap di UPF
penyakit saraf, yang dalam dua tahun (1984-1986) meningkat sebesar 126
penderita baru. Di Amerika Serikat ada
sekitar 20.000 kematian setahun karena stroke. Walaupun dengan kemajuan
pengobatan tampak ada penurunan tetapi stroke masih merupakan penyebab kematian
nomor 5.
I.2. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah ialah antara lain :
1.
Bagaimana
gambaran umum epidemiologi stroke?
2.
Bagaimana
batasan dan klasifikasi stroke?
3.
Apakah faktor
risiko stroke?
4.
Bagaimana
gambaran klinik dan diagnosis stroke?
5.
Bagaimana
registrasi stroke?
6.
Apakah waktu
awitan stroke?
7.
Bagaimana
patofisiologi stroke iskemik?
8.
Bagaimana
hubungan hipertensi dengan stroke?
9.
Bagaimana upaya
pencegahan stroke?
I.3. Tujuan
Penulisan Masalah
Tujuan khusus : untuk mengetahui
bagaimana epidemiologi stroke.
Tujuan
umum : untuk mengetahui gambaran umum serta segalanya yang berkaitan dengan
epidemiologi.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1. Gambaran Umum Epidemiologi Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut
yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak
dan menimbulkan gejala dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan
penduduk.
Ditemukan pada semua golongan usia
namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan
bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial denagn bertambahnya usia,
dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90
tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada
golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada
wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur.
Insiden stroke bervariasi
antarnegara dan tempat. Menurut hasil penelitian yang dikoordinasi oleh WHO,
dari 16 pusat riset di 12 negara naju dan berkembang antara Mei 1971 sampai
dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yang paling tinggi
adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun, sedang yang
terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun.
Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan negara
adalah sebesar perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan pertambahan
umur, sedang perdarahan subarachnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia
muda.
Di Indonesia, walaupun belum ada
penelitian epidemiologis yang sempurna, dari hasil survei kesehatan rumah
tangga tahun 1984 dilaporkan prevalensi stroke pada golongan umur 25-34 tahun,
35-44 tahun, dan pada kelompok umur 55 tahun ke atas berturut-turut 6,7; 24,4
dan 276,3 per 100.000 penduduk sedangkan proporsi stroke di rumah-rumah sakit
di 27 provinsi pada tahun 1984 dan tahun 1986 meningkat 0,96 per 100 penderita.
Masih dari hasil survei kesehatan rumah tangga, mortalitas stroke pada tahun
1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000 penduduk ; sementara di negara – negara
maju, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan keganasan. Walaupun mortalitasnya sangat bervariasi antargeografi , namun
secara rata – rata disebutkan angka 100 kematian per 100.000 penduduk per
tahun.
II.2. Batasan Dan Klasifikasi Stroke
Batasan yang dikemukakan oleh WHO
Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular Disease tahun 1989, stroke
secara klinis adalah sebagai berikut :
Stroke adalah disfungsi neurologis
akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (
dalam beberapa detik ) atau cepat (dalam beberapa jam ) dengan gejala-gejala
dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.
Pada umumnya disfungsi itu berupa
hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik dengan
atau tanpa gangguan fungsi luhur. Di dalam praktek, stroke (bahasa inggris)
umum di gunakan sebagai sinonim Cerebrow Vascular Disease ( CVD) dan Kurikilum
Inti Pendidikan Dokter di Indonnesia ( KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai
penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO).
Mengenai klasifikasi stroke , telah
banyak institusi yang mengemukakan berbagai klasifikasi stroke , seperti yang
di buat oleh Stroke Data Bank, World Health Organization (WHO,1989) dan
National Institute of Neurological Disease and Stroke (NINDS,1990). Pada
dasarnya klasifikasi tersebut di kelompokkan atas dasar manifestasi klinik,
proses patologi yang terjadi di otak dan tempat lesinya . hal ini berkaitan
denagn pendekatan diagnosis neurologis yang melakukan diagnosis klinis ,
diagnosis kausal, dan diagnosis topis.
Klasifikasi yang
dipakai saat ini adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan manisfestasi klinik
a.
Transient
Ischemic Attack (TIA)
b.
Stroke in
Evolutian (SIE)
c.
Reversible
Ischemic Neurological Deficit (RIND)
d.
Completed Stroke
2. Berdasarkan proses patologik (kausal):
a.
Infark
b.
Perdarahan Intra
serebral.
c.
Perdarahan
subarachnoidal
3. Berdasarkan tempat lesi :
a.
Sistem karotis
b.
Sistem
vertebrobasiler.
Di klinik, secara umum ada 2 jenis stroke , yakni
stroke iscemik (nonhemorhagik) dan hemorhagik. Jenis iscemic dapat berupa TIA ,
trombosis dan embolitik. Jenis hemorhagik dapat terjadi sebagai perdarahan
intracerebral ataupun subaranoid. Iswadi melaporkan bahwa jenis infark otak
merupakan jenis stroke yang banyak di temukan.
Pembagian di klinik biasanya
melakukan diagnosis berikut :
1. Stroke non hemorgik (cerebral infraction):
-Klinis terdiri dari:
1.
TIA
2.
RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
3.
Progessing stroke = stroke in evolusi
4.
Complete stroke
-Secara kausal:
1.
Stroke trombotik
2. Stroke emboli/non trombotik
2.
Stroke haemorhagik :
1. PSD (Perdarahan Sub Dural)
2. PSA (Perdarahan Sub Arachnoid)
3. PIS (Perdarahan Intra Cerebral)
II.3. Faktor Risiko Stroke
Dalam upaya pencegahannya maka diperlukan
identifikasi karakteristik epidemiologiknya yang dapat merupakan sebagai faktor
risiko stroke. Faktor risiko ini menyebabkan orang menjadi lebih rentan atau
mudah mengalami stroke.
Faktor-faktor risiko yang selama ini
telah diindentifikasi dapat berupa hipertensi, diabetes mellitus, riwayat
stroke sebelumnya, obesitas, dan kebiasaan merokok. Selain itu, disebutkan juga
beberapa faktor yang dicurigai berkaitan dengan stroke seperti alkohol,
kontrasepsi hormonal, trauma dan herpes zoster.
Ada beberapa faktor risiko stroke
yang dapat disebutkan, yakni :
1. Umur : Rate meninggi sesuai dengan pertambahan umur
2. Ras : lebih tinggi Black dari White
3. Seks : Lelaki > Wanita
4. Hipertensi : faktor risiko tertinggi dari stroke
5. Diabetes (> 120 mg/100 ml) : kuat assosiasinya
6. Penyakit jantung sebelumnya : risiko meninggi sampai
3 kali
7. Atrial fibrilation / TIA : faktor risiko kuat
8. Obesitas : inconsistent findings
9. Rokok : tidak titemukan effek besar
10. Kolesterol dan trigliserida : inconsistent
II.4. Gambaran Klinik dan Diagnosis Stroke
Mengenai stroke trombotik/ischmetik, gangguan
peredaran darah dapat berupa penyumbatan di salah satu arteri otak. Penyumbatan
ini mungkin berupa trombus atau emboli yang keduanya berakibat sama. Penderita
didiagnosis klinis sebagai stroke trombotik atas dasar penyisihan sebab-sebab
lain. Jika tanda-tanda perdarahan otak tidak jelas dan jika klinis tidak
ditemukan sumber emboli, maka penderita dianggap sebagai stroke trombotik.
Penderita dengan stroke trombotik,
biasanya mempunyai wujud gambaran klinis yang karakteristik sebagai berikut :
§ Penderita sedang santai atau tidur, lalu ketika akan
bangkit tiba-tiba merasa lemah atau tak dapat berdiri kadang-kadang langsung
jatuh.
§ Sering beberapa waktu sebelumnya merasa pegal-pegal,
agak lemah atau keram-linu pada sepruh tubuh.
§ Disertai atau tanpa pusing tidak lazim adanya nyeri
kepal yang hebat, mual, muntah maupun panas.
§ Tidak ada riwayat trauma capitis baru.
§ Lebih sering mengenai orang-orang berusia 60 tahun
atau lebih dengan satu atau lebih faktor risiko. Gejala-gejala tersebut di atas
bisa perlahan-lahan bertambah berat ataupun sudah menetap.
Pada
dasarnya wujud gejala klinis stroke ditentukan oleh jenis penyebab stroke,
pembuluh darah yang terganggu, luas atau besarnya daerah otak yang menderita.
Membedakan
perdarahan ( haemorhagic stroke) dari infark (trombotik stroke) otak tidaklah
semudah mendiagnosis stroke. Saat ini disadari bahwa hanya computed tomography
scanning yang mampu melakukannya. Informasi yang diperoleh melalui CT scan pada
kasus-kasus stroke, memberikan pelajaran bahwa banyak kasusu infark serebral
yang luas menghasilkan gambaran klinis sama dengan perdarahan intra serebral.
Demikian pula banyak perdarahan intra serebral tidak menghasilkan perangsangan
meningeal maupun gambaran likuor yang berdarah, karena perdarahannya tidak
menjebol ke dalam ventrikel.
Sakit
kepala hebat seringkali menyertai trombosis a. Serebsi media,yang relavan
dikorelasikan dengan perdarahan ialah sakit kepala hebat pada saat awitan
stroke.Demikian pula kejang umum dapat terjadi pada infark otak apabila
melibatkan korteks.Anisokoria dan deviation conyuge dtentukan oleh lokesi lesi
dan bukan oleh sifat lesi (perdarahan atau infark otak).
Yang
menjadi kendala dalam usaha menjangkau pemeriksaan CT scan tersebut ialah
kerena alat canggih ini hanya terdapat di kota-kota besar di indonesia dan
berhubungan dana yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ini tidak sedikit maka masih
cukup sulit untuk dapat dijangkau oleh sebagian penderita.pada keadaan yang
demikian,maka diagnosis stroke hanya dilakukan secara klinis. Kelemahan CT scan
yang diamati oleh Bamford,ialah bahwa pada fase akut stroke,CT scan
memperlihatkan kelainan yang konsisten dengan diagnosis klinik stroke pada 50%
penderita,disamping untuk perdarahan-perdarahan perifer yang lebih kecil CT scan menjadi kurang sensitif.mengingat hal-hal
tersebut diatas, Allen dan Poungvarin dikutip oleh Bamford menegaskan bahwa
penerapan sistem skoring secara klinik tetap lebih baik daripada mendiagnosis
dengan cara yang tidak sistematik. Usaha kearah itu lebih dicoba oleh beberapa
ahli baik perorangan maupun tim antara Skor Guy’s Hospital,skor stroke
Djoenaidi dan Skor Siriraj Hospital.
Untuk
diagnosis stroke,Djoenaidi memperkenalkan sistem skorsing yang dapat gunakan
untuk mendignosis stroke dan menentukan jenisnya atas yang haemorhagik dan
non-haermorhagik dengan ketepatan yang cukup memadai dibandingkan dengan CT
scan.
Sistem
skore itu adalah dengan menentukan berbagai variabel yang berhubungan dengan
kejadian sroke dengan memberikannya bobot tertentu.
II.5. Registrasi
Stroke
Salah
satu masalah utama dalam mengetahui insidens sroke adalah tidak tersedianya
data yang didukung oleh sistem pencatatan yang baik dan berkasinambungan (registration system).
Pengumpulan data yang kontinu dan
tersedianya data yang siap pakai merupakan bagian penting dari upaya untuk
mengetahui keadaan stroke dan untuk melihat hal-hal baru, baik klinik maupun
epidemiologis, yang terjadi pada kejadian stroke. Sampai dewasa ini belum
di miliki catatan (pencatatan dan pelaporan)
stroke yang baik yang dilakukan di rumah sakit maupun di masyarakat atau
instansi.
Salah
satu masalah utama dalam mengetahui kejadian atau insidens stroke adalah adanya
apa yang disebut ‘the silent stroke’ yang
sangat sulit untuk di deteksi baik secara klinis terlebih epidemiologis. Patogenese
stroke berhubungan dengan adanya trombosis (57%), transient ischemic attack (6
%), emboli (15%), perdarahan intracerebral (5%) dan penyebab lain nya (5%).
II.6. Waktu
Awitan Stroke
Serangan
stroke adalah suatu keadaan darurat, keadaan yang mendahuluinya seringkali
tidak memberikan gambaran yang khas, demikian juga waktu kejadiannya tidak
dapat di ramalkan. Karena itu perlu diketahui pada keadaan-keadaan mana yang
segera diikuti dengan awitan stroke dan kapan awitan stroke paling sering terjadi.
Waktu Awitan dan Irama Sirkadian(Circadian Rhythm).
Circadian
rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi
dalam siklus 25 jam. Circadian rhythm ini di kendalikan oleh faktor endogen dan
dipengaruhi oleh faktor eksogen. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini
mempunyai irama kehidupan yang secara teratur mengalami perubahan fungsi tubuh
dalam 24 jam, tetapi ada pula perubahan yang sesuai dengan bulan dan tahun.
Faktor endogen yaitu satu sistem pencatatan waktu dalam tubuh yang
mengendalikan siklus 24 jam dan disebut biological
clock (lonceng biologik.Faktor endogen ini di atur oleh sistem hormon dan
kelenjar hipofise yang berfungsi sebagai koordinator.
II.7.
Patofisiologi Stroke Iskemik
Iskemik
otak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang
membahayakan fungsi euron. Infark otak terjadi jika ada daerah otak yang
iskemik menjadi nekrosis akibat berkurangnya suplai darah sampai pada tingkat
lebih rendahdan titik kritis yang diperlukan untuk kehidupan sel sehingga
disertai gangguan fungsional dan struktural yang menetap.
Terdapat
2 penyebab utama infark otak yaitu trombus dan emboli. Kebanyakan kasus infark
otak terjadi setelah adanya trombosis pada pembuluh darah yang aterosklerotik.
Dengan demikian trombosis menyerang individu-individu yang memiliki satu atau
lebih faktor risiko yang memacu terbentuknya terosklerosis. Seperti diketahui
bahwa aliran darah yang melalui suatu arteria mengikuti hukum dari
Hagen-Poisseuile, dimana dinyatakan bahwa kecepatan aliran darah(Q)
berbandingan lurus dengan naik turunnya tekenan perfusi(P), jari-jari penampang
arteri pangkat 4 (r) dna berbanding terbalik dengan viskositas darah (N), dan
panjang arteri (L). Kelainan dari faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan
terjadinya iskhemia dan berakhir dengan kematian jaringan otak.
II.8. Hipertensi
dan Stroke
Hipertensi
dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Baik sistolik maupun diastolik
terbukti berpengaruh pada stroke, tetapi dari data Framingham tidak terdapat
level yang menentukan (cut off level) yang
jelas. Dikemukakan bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan
dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih
dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan
dengan mereka yang bertekanan darah kurang 140 mmHg, akan tetapi pada penderita
usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi.
Hipertensi menahun
Pada hipertensi menahun
terdapat dua perubahan pada pembuluh darah arterial otak.
1.
Bertambah
hebatnya aterosklerosis dan timbulnya stroke trombotik.
2.
Hipertensi
mempercepat permulaan dan menambah hebatnya aterskleriosis.
Hipertensi
menahun adalah perbentuknya aneurisma.perdarahan intraserebral primer (non
traumatik) sering disebabkan oleh pecahnya mikro neurisma charcot bouchard yang
mengenai pembuluh darah penetrasi kecil dengan penampang antara 100-300 mikron.
Hipertennsi akut
Tekanan darah yang naik
dan mendadak dan sangat tinggi dapat menyebabkan fenomena sosis atau tasbih
akibat dilatasi paksa. Tekanan darah yang mendadak tinggi ini menerobosrespons
vasokonstriksi dan menyebabkan rusaknya sawar darah otak dengan kebocoran fokal
dari cairan melalui dinding dari arteri yang telah terentang berlebihan serta
pembentukan edema otak.
Pada keadaan ini
autoregulasi tidak bekerja dan Aliran Darah Otak (ADO) mengikuti secara pasif
tekanan perfusi dan timbul ensefalopatia hipertensif. Lesi arteri yang khas
adalah nekrosis dari lapisan media otot dengan penimbunan butir darah merah dan
ini dinamakan nekrosis hialin atau fibrinoid.
II.9. Upaya
Pencegahan Stroke
Diantara
sekian banyak risiko stroke, hipertensi dianggap yang paling berperan.
Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke
dalam komuniti. Namun demikkian upaya pencegahaan stroke tidak semata ditujukan
kepada hipertensi stroke. Ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya
pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit ( gaya hidup,
lingkungan, biologis dan pelayanan kesehatan.
v Pencegahan Primer :
·
Gaya hidup :
reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori, exercise, no smoking dan vitamin.
·
Lingkungan :
kesadaran akan stress kerja, kemungkinan gangguan PB (lead).
·
Biologi :
perhatian terhadap fakktor risiko biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga),
efek aspirin.
·
Pelayanan
kesehatan : health education dan
pemerisaan tensi.
v Pencegahan sekunder :
·
Gaya hidup : management stres, makanan rendah garam, stop smoking, penyesuaian gaya hidup.
·
Lingkungan :
penggantian kerja jika di perlukan, family
counseling.
·
Biologi :
pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
·
Pelayanan
kesehatan : pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder.
v Pencegahan tersier :
·
Gaya hidup :
reduksi stres, exercise sedang, stop smoking.
·
Lingkungan :
jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama, pakai whell-chair)
dan family
support.
·
Biologi :
kepatuhan berobat, tetapi fisik dan speack
therapy.
·
Pelayanan
kesehahtan : emergency medical technic, asuransi.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Stroke
adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan
tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Dalam
upaya pencegahannya maka diperlukan identifikasi karakteristik epidemiologiknya
yang dapat merupakan sebagai faktor risiko stroke. Faktor risiko ini
menyebabkan orang menjadi lebih rentan atau mudah mengalami stroke.
Faktor-faktor risiko yang selama ini
telah diindentifikasi dapat berupa hipertensi, diabetes mellitus, riwayat
stroke sebelumnya, obesitas, dan kebiasaan merokok. Selain itu, disebutkan juga
beberapa faktor yang dicurigai berkaitan dengan stroke seperti alkohol,
kontrasepsi hormonal, trauma dan herpes zoster.
Serangan
stroke adalah suatu keadaan darurat, keadaan yang mendahuluinya seringkali
tidak memberikan gambaran yang khas, demikian juga waktu kejadiannya tidak
dapat di ramalkan. Karena itu perlu diketahui pada keadaan-keadaan mana yang
segera diikuti dengan awitan stroke dan kapan awitan stroke paling sering
terjadi
III.2. Saran
Saran kepada pembaca : kepada
pembaca disarankan agar pembaca memberi informasi kepada penderita hipertensi
supaya dapat memeriksakan tekanan darah kepada tenaga kesehatan sekitar dan jangan
sampai penderita hipertensi mengalami serangan jantung atau jatuh terpeleset
yang meningakibatkan stroke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar