BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Polusi
udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan.
Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah
dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah
berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran
pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara kota. Meskipun
sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru lagi.
Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah
penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi
saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit
diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita
penyakit asma dan kanker paru-paru.
Di kota-kota besar, kontribusi gas buang
kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan
kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya
berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran
sampah, kebakaran hutan, dll. Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai,
tetapi organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang
dianggap serius.Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia,
hewan,serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung
partikel aspa dan jelaga, hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida.
Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa 70%
penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan
bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal.
Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi,
misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat
penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya, para penderita maupun
keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari
polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.
Indonesia
merupakan negara kepulauan dikelilingi lautan dan terletak di daerah
katulistiwa, sehingga menyebabkan angin bertiup sepanjang tahun dengan
kecepatan yang relatif stabil. Hal ini sangat menguntungkan, mengingat iklim
dan kecepatan angin menentukan derajat pencemaran udara di suatu tempat. Udara
merupakan komponen kehidupan dan perikehidupan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan
hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa
udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. Kualitas dari udara
yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara
yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Ada beberapa alasan
mengapa pencemaran udara menjadi masalah yang perlu diperhatikan yaitu:
a.
pencemaran melalui udara dapat berjalan dengan cepat dan menyebar secara luas
bahkan dapat bersifat global.
b. manusia
tidak mempunyai daya pilih terhadap bahan-bahan berbahaya yang ada di udara,
artinya pada saat bernafas semua zat-zat yang ada di udara dapat masuk ke dalam
saluran pernapasan.
c. Saluran
pernapasan mempunyai bidang permukaan yang sangat luas yang dapat kontak dengan
bahan pencemar sehingga dosis pemaparannya begitu besar.
Demikian pentingnya membahas mengenai masalah
pencemaran udara, maka penulis menyusun makalah berjudul ”Pencemaran Udara
Akibat Pencemaran Udara”.
I.2. Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang diatas dapat rumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Apa definisi pencemaran udara?
2. Bagaimana
kondisi kebersihan udara saat ini?
3. Apa
penyebab terjadinya pencemaran udara?
4. Apa
dampak terjadinya pencemaran udara?
5. Apa
solusi untuk mengurangi dampak pencemaran udara?
I.3. Tujuan
Penyusunan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Definisi
pencemaran udara.
2. Kondisi
kebersihan udara saat ini.
3. Penyebab
terjadinya pencemaran udara.
4. Dampak
terjadinya pencemaran udara.
5. Solusi
untuk mengurangi dampak pencemaran udara.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Definisi Pencemaran Udara
Pencemaran
udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia,
atau biologi
di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa
definisi gangguan fisik seperti polusi suara,
panas,
radiasi
atau polusi cahaya
dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional,
maupun global.
Secara
umum definisi udara tercemar adalah
perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi
udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat
pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan
oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya.
Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
Bahan
atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam
bentuk gas dapat dibedakan menjadi:
- Golongan
belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)
- Golongan
nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen
dioksida)
- Golongan
karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)
- Golongan
gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)
Sedagkan
jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Mineral
(anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah
- Bahan
organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene
- Makhluk
hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.
II.2.
Definisi Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang
dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel
dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang
berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya
dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai
macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit
atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara.
Partikel
adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk
pencemar lainnya. Partikel merupakan substansi yang berada dalam atmosfer pada
kondisi normal berukuran lebih besar dari 2 Angstrom, tetapi lebih kecil daripada
500 mikron. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan
pencemar udara yangberbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas,
dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat
meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan
bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran
udara.
II.3. Partikulat Matter
Partikel
debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Bukan hanya
berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel
debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon
dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan
beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir,
kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur
kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4,
dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap
hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga
dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota
besar di dunia perubahan menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan
karena proses oksida oleh molekul sulfur.
Partikel adalah pencemar udara yang
dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel
merupakan substansi yang berada dalam atmosfer pada kondisi normal
berukuranlebih besar dari 2 Angstrom, tetapi lebih kecil daripada 500 mikron.
Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara
yangberbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya
dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai
macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit
atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara.
Sumber pencemaran partikel dapat
berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari aktivitas manusia.
Pencemaran partikel yang berasal dari alam, adalah sebagai berikut :
a. Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh
angin kencang.
b. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke
duara akibat letusan gunung berapi.
c. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber
panas bumi di daerah pegunungan.
Sumber
pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian besar berasal dari
pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat
transportasi. Partikel yang ada di atmosfer dibagi menjadi 3 kelompok
berdasarkan ukuran diameter partikel, yaitu:
- Partikel halus, diameternya 0,005μ-0,1μ
- Partikel sedang, diameternya 0,1μ-1μ
- Partikel besar, diameternya 1μ-100μ
- Debu(dust)
Zat padat yang dihasilkan oleh
manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu
adalah zat padat yang berukuran 0,1 – 25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan
partikulat.
2.
Asap(smoke)
Partikulat yang memiliki
diameter antara 0,5μ -1μ. Asap merupakan partikel padat, halus, merupakan hasil
pembakran tidak sempurna dari materi organic seperti batubara, kayu, dan
tembakau, terutama materi organic yang tersusun dari karbon dan materi laij
yang dapat terbakar.
3.
Uap(fume)
Partikulat yang memiliki
diameter antara 0,03μ – 0,3μ.merupakan partikel padat dan halus sering berupa
oksida logam, terbentuk melalui kondensasi uap materi padat dan proses
sublimasi, destilasi, ataupun pelelehan logam. Uap ini mampu membentuk flok
yang suatu saat dapat mengendap.
4.
Mist(kabut)
Parikulat yang memiliki diameter
kurang dari 10μ. Merupakan partikel cair yang berasal dari proses kondensasi
uap air, umumnya tersuspensi dalam atmosfer atau berada dekat dengan permukaan
tanah.
5.
Fog(kabut)
Mist jika konsentrasi mist cukup
tinggi sehingga menghalangi pandangan(visibiliti).
6.
Smog(kabut)
Istilah untuk menjelaskan kondisi gabungan antara smoke dan fog.
7.
Aerosol
Digunakan untuk menjelaskan adanya partikel padat dan cair yang terdispersi
dalam gas.
8.
Haze(kabut)
Haze memiliki diameter lebih
dari 1μ. Haze merupakan aerosol yang menghalangi pandangan, tersusun oleh
polutan, uap air, dan debu.
9.
Fly
ash(abu terbang)
Partikel yang mempunyai diameter
antara 1-1000μ. Abu terbang merupakan partikel yang tidak terbakar pada proses
pembakaran, terbentuk pada proses pembakaran batubara.fly ash terdiri dari
mineral dan materi anorganik.
10. Spray(uap)
Uap memiliki diameter antara
10-1000μ. Merupakan partikel cair yang terjadi pada proses atomisasi cairan
seperti pestisida atau herbisida.
Untuk menjelaskan penggumpalan dari pertikel karbon.
Partikel
menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami, seperti letusan
vulkano, hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan
dalam penyebaran partikel, misal dalam bentuk partikel debu dan asbes dari
bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses
pembakarana tidak sempuran, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang
utama adalah pembakaran bahan bakar dari sumbernya. Diikuti oleh proses– proses
industri.
Partikel di
atmosfer dalam bentuk suspensi, yang terdiri atas partikel– partikel padat
cair. Ukuran partikel dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01 mikron. Terdapat
hubungan antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya. Partikel sebagai
pencemar udara mempunyai waktu hidup yaitu pada saat partikel masih
melayang-layang sebagai pencemar di duara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup
partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan
kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis partikel
serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.
Partikel debu
dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu debu organik, debu mineral, dan debu metal.
Sumber debu bermacam-macam, tergantung jenis debunya. Partikel debu dipengaruhi
oleh daya tarik bumi sehingga cenderung untuk mengendap di permukaan bumi.
Partikel debu juga dapat membentuk “flok” sehingga ukurannya menjadi lebih
besar permukaannya cenderung untuk basah. Sifat-sifat ini membuat ukurannya
menjadi lebih besar sehingga memudahkan proses pengendapannya di permukaan bumi
dengan bantuan gaya tarik bumi. Partikel debu dengan diameter 1 milimikron
mempunyai kemampuan untuk menghamburkan sinar matahari.
Polusi udara
oleh partikel berhubungan erat dengan SO2. Partikel SO2
berasal dari sumber yang sama yaitu pembakaran bahan bakar fosil yang satu sama
lain saling bereaksi secara sinergis dalam memberikan dampak terhadap kesehatan
manusia. Benda partikel ini sering disebut sebagai asap atau jelaga,
benda-benda partikulat ini sering merupakan pencemar udara yang paling kentara
dan biasanya juga paling berbahaya.
Sebagian
benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tapi
yang paling berbahaya adalah partikel-partikel halus butiran-butiran yang
sangat kecil sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Sebagian besar
partikel halus ini terbentuk dengan polutan lain terutama sulfur dioksida dan
oksida nitrogen dan secara kimiawi berubah dan membentuk zat-zat nitrat dan
sulfat.
Partikulat digunakan
untuk memberikan gambaran partikel cair atau padat yang tersebar di udara
dengan ukuran 0,001 µm sampai 500 µm. Partikulat mengandung zat-zat organik
maupun zat-zat non organik yang terbentuk dari berbagai macam materi dan bahan
kimia. Ukuran partikel dapat menggambarkan seberapa jauh partikel dapat terbawa
angin, efek yang ditimbulkannya, sumber pencemarannya dan lamanya masa tinggal
partikel di udara.
Berdasarkan
lamanya partikel tersuspensi di udara dan rentang ukurannya, partikel dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu dust fall (setteable particulate) dan suspended
particulate matter (SPM). Dust fall adalah partikel berbentuk lebih besar dari
10 µm. SPM adalah partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10µm dan
keberadaannya terutama berasal dari proses industri dan pembakaran. Partikel
yang masuk ke dalam paru-paru dapat membahayakan manusia karena:
a. Sifat-sifat kimia dan fisik
dari partikel tersebut mungkin beracun
b. Partikel yang masuk tersebut
bersifat inert
c. Partikel tersebut membawa
molekul-molekul gas berbahaya dengan cara mengabsorbsi maupun mengadsorpsi yang
menyebabkan molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal dalam
paru-paru yang sensitif.
Benda
partikulat, asap dan jelaga disebut benda partikel tetapi bentuk yang paling
berbahaya dari benda padat ini adalah partikel-partikel sangat kecil dan halus
yang dapat menembus ke dalam paru-paru yang hanya dilindungi oleh dinding tipis
setebal molekul. Sering disebut PM10 karena benda partikel tersebut
lebih kecil dari 10 mikron, kebanyakan partikel halus itu berasal dari senyawa
sulfus dan nitrogen yang dalam selang waktu beberapa jam atau beberapa hari
berubah dari gas menjadi padat.
Pengaruh
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung
kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada
di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10
mikron. Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di
alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar
dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini
akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2
yang terdapat di udara juga.
Selain itu
partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan
iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility)
Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara
merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar
hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh
partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif
dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain
itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai
pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari
makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada
partikulat patut mendapat perhatian .
Partikulat juga
berpengaruh terhadap vegetasi. Lapisan debu partikulat dapat menutupi stomata
daun sehingga dapat mengganggu transport uap air dan gas ke dalam struktur
daun. Debu yang menutupi lapisan daun juga akan mempengaruhi proses
fotosintesis sehingga akan mempengaruhi tingkat vegetasi daun.
II.4. Jenis
dan Sifat Partikulat
Pencemaran
Udara oleh Partikulat dari Boiler
Partikulat
merupakan partikulat-partikulat kecil padatan dan droplet cairan. Beberapa
partikulat dalam berbagai bentuk dapat melayang di udara.
Bentuk dan komponen penyusun partikulat tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Bentuk dan Komponen Penyusun Partikulat
NO.
|
KOMPONEN
|
BENTUK
|
1.
|
Karbon
|
|
2.
|
Besi
|
Fe2O3,
Fe3O4
|
3.
|
Magnesium
|
MgO
|
4.
|
Kalsium
|
CaO
|
5.
|
Alumunium
|
Al2O3
|
6.
|
Sulfur
|
SO2
|
7.
|
Titanium
|
TiO2
|
8.
|
Karbonat
|
CO3-
|
9.
|
Silikon
|
SiO2
|
10.
|
Fosfor
|
P2O5
|
11.
|
Kalium
|
K2O
|
12.
|
Natrium
|
Na2O
|
13.
|
Lain-lain
|
|
Sifat kimia masing-masing partikulat
berbeda-beda, akan tetapi secara fisik ukuran partikulat berkisar antara 0,0002
– 500 mikron. Pada kisaran tersebut partikulat mempunyai umum dalam bentuk
tersuspensi di udara antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Umur
partikulat tersebut dipengaruhi oleh kecepatan pengendapan yang ditentukan dari
ukuran dan densitas partikulat serta aliran (turbulensi) udara. Secara umum
kenaikan diamter akan meningkatkan kecepatan pengendapan, dari hasil studi (Stoker
dan Seager, 1972) menunjukkan bahwa kenaikan diameter sebanyak 10.000 akan
menyebabkan kecepatan pengendapan sebesar 6 juta kalinya.
Partikulat yang berukuran 2 – 40
mikron (tergantung densitasnya) tidak bertahan terus di udara dan akan segera
mengendap. Partikulat yang tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai
kecepatan pengendapan, tetapi partikulat-partikulat tersebut tetap di udara
karena gerakan udara.
Sifat partikulat lainnnya yang
penting adalah kemampuannya sebagai tempat absorbsi (sorbsi secara fisik ) atau
kimisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia). Sifat ini merupakan fungsi
dari luas permukaan. Jika molekul terosorbsi tersebut larut di dalam
partikulat, maka keadaannya disebut absorbsi. Jenis sorbsi tersebut sangat
menentukan tingkat bahaya dari partikulat.
Sifat partikulat lainnya adalah
sifat optiknya. Partikulat yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron
berukuran sedemikian kecilnya dibandingkan dengan panjang gelombang sinar
sehingga partikulat-partikulat tersebut mempengaruhi sinar seperti halnya
molekul-molekul dan menyebabkan refraksi. Partikulat yang berukuran lebih besar
dari 1 mikron ukurannya jauh lebih besar dari panjang gelombang sinar tampak
dan merupakan objek makroskopik yang menyebarkan sinar sesuai denganpenampang
melintang partikulat tersebut. Sifat optik ini penting dalam menentukan
pengaruh partikulat atmosfer terhadap radiasi dan visibilitas solar energi.
II.5. Sumber
Polusi Partikulat
Berbagai proses alami mengakibatkan
penyebaran partikulat di atmosfer, misalnya letusan vulkano dan hembusan debu
serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalampenyebaran
partikulat, misalnya dalam bentuk partikulat-partikulat debu dan asbes dari
bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari proses
pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikulat yang
utama adalah dari bakaran bahan bakar kendaraan dan diikuti oleh proses-proses
industri.
Terdapat hubungan antara ukuran
partikulat polutan dengan sumbernya. Partikulat yang berdiameter lebih besar
dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin,
penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau
pejalan kaki. Partikulat yang berukuran diameter 1 – 10 mikron biasanya
termasuk tanah, debu, dan produk-produk pembakaran dari industri lokal dan pada
tempat-tempat tertentu-juga-terdapat-garam-laut.
Partikulat yang berukuran antara 0,1
– 1 mikron terutama merupakan produk-produk pembakaran dan aerosol fotokimia.
Partikulat yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron belum diidentifikasi
secara kimia, tetapi diduga berasal dari sumber-sumber pembakaran. Untuk
menyatakan konsentrasi partikulat adalah mikro gram per m3 (µg/m3).
Untuk mengubah dari µg/m3 menjadi
ppm dengan dasar volume, diperlukan data mengenai berat molekul partikulat
tersebut. Karena komposisi partikulat bervariasi, maka sulit untuk menentukan
berat molekulnya.
II.6. Pengaruh
Partikulat terhadap Lingkungan
2.6.1. Pengaruh terhadap Tanaman
Pengaruh
partikulat terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk debunya,dimana debu
tersebut jika bergabung dengan uap air atau air hujan gerimis akan membentuk
kerak yang tebal pada permukaan daun, dan tidak dapat tercuci dengan air hujan
kecuali dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan mengganggu proses
fotosintesis pada tanaman karena menghambat masuknya sinar matahari dan
mencegah pertukaran CO2 dengan atmosfer. Akibatnya petumbuhan tanaman menjadi
terganggu. Bahaya lain yang ditimbulkan dari pengumpulan partikulat padatanaman
adalah kemungkinan bahwa partikulat tersebut mengandung komponen kimia yang
berbahaya bagi hewan yang memakan tanaman tersebut.
2.6.2. Pengaruh terhadap Manusia
Polutan
partikulat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem pernapasan,
oleh karena itu pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada sistem
pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama
adalah ukuran partikulat, karena ukuran partikulat yangmenentukan seberapa jauh
penetrasi partikulat ke dalam sistem pernafasan.
Sistem
pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya
partikulat-partikulat, baik berbentuk padat maupun cair, ke dalam paru-paru.
Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikulat-partikulat berukuran besar,
sedangkan partrikel-partikulat yang lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran
mukosa yang terdapat di sepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan
tempat partikulat menempel.
Pada
beberapa bagian sistem pernafasan terdapat bulu-bulu halus (silia) yang
bergerak ke depan dan ke belakang bersama-sama mukosa sehingga membentuk aliran
yang membawa partikulat yang ditangkapnya keluar dari sistem pernafasan ke
tenggorokan, dimana partikulat tersebut tertelan. Partikulat yang mempunyai
diameter lebih besar dari pada 5,0 mikron akan berhenti dan terkumpul terutama
di dalam hidung dan tenggorokan. Meskipun partikulat tersebut sebagian dapat
masuk ke dalam paru-paru tetapi tidak pernah lebih jauh dari kantung-kantung
udara atau bronchi, bahkan segera dapat dikeluarkan oleh gerakan silia.
Partikulat
yang berukuran diameter 0,5 - 5,0 mikron dapar terkumpul di dalam paru-paru
sampai pada bronchioli, dan hanya sebagian kecil yang sampai pada alveoli.
Sebagian besar partikulat yang terkumpul di dalam bronchioli akan dikeluarkan
oleh silia dalam 2 jam. Partikulat yang berukuran diameter kurang dari 0,5
mikron dapat mencapai dan tinggal di dalam alveoli. Pembersihan
partikulat-partikulat yang sangat kecil tersebut dari alveoli sangat lambat dan
tidak sempurna dibandingkan dengan di dalam saluran yang lebih besar. Beberapa
partikulat yang tetap tertinggal di dalam alveoli dapat terabsorpsi ke dalam
darah.
Partikulat-partikulat yang masuk dan
tertinggal di dalam paru-paru mungkin berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal
penting, yaitu :
- Partikulat tersebut mungkin beracun karena
sifat-sifat kimia dan fisiknya.
- Partikulat tersebut mungkin bersifat inert (tidak
bereaksi) tetapi jika tertinggal di dalam saluran pernafasan dapat
mengganggu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya.
- partikulat-partikulat tersebut mungkin dapat
membawa molekul-molekul gas yang berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi
atau mengabsorpsi, sehingga molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai
dantertinggal di bagian paru-paru yang sensitif. Karbon merupakan
partikulat yang umum dengan kemampuan yang baik untuk mengabsorbsi
molekul-molekul gas pada permukaannya.
Partikulat-partikulat yang beracun
biasanya tidak terdapat dalam jumlah tinggi di atmosfer, kecuali aerosol asam
sulfat, melainkan terdapat dalam jumlah sangat kecil. Tabel di bawah ini
memperlihatkan berbagai partikulat logam yang berbahaya yang biasanya terdapat
dalam jumlah kecil sekali. Tetapi konsentrasi tersebut dapat meningkat karena
aktivitas manusia.
Tabel 2. Partikulat-partikulat logam yang berbahaya bagi
kesehatan
NO.
|
ELEMEN
|
SUMBER
|
PENGARUH
|
1.
|
Nikel
|
Minyak
diesel, minyak residu, batu arang,asap tembakau, bahan kimia dan katalis,
baja dan logam lain
|
Kanker
paru-paru (sebagai karbonil)
|
2.
|
Berilium
|
Batu
karang, industri tenaga nuklear
|
Keracunan
akut dan khronis, kanker
|
3.
|
Boron
|
Batu
arang, bahan pembersih, kedikteran, industri gelas dan industri lain
|
Tidak
beracun kecuali dalam bentuk boran
|
4.
|
Germanium
|
Batu arang
|
Keracunan
ringan
|
5.
|
Arsenik
|
Batu
arang, petroleum, deterjen, pestisida
|
Kemungkinan
kanker
|
6.
|
Selenium
|
Batu
arang, sulfur
|
Karang
gigi, karsinogenik pada tikus, penting pada mamalia pada dosis rendah
|
7.
|
Titrium
|
Batu
arang, petroleum
|
Karsinogenik
terhadap tikus jika kontak dalamwaktulama
|
8.
|
Merkuri
|
Batu
arang, baterai elektrik, industri lain
|
Kerusakan
syaraf dan kematian
|
9.
|
Vanadium
|
Petroleum,
kimia dan katalis, baja, dan logam lain
|
Tidak
berbahaya pada konsentrasi yang pernah ada
|
10.
|
Kadmium
|
Batu
arang, peleburan seng, pipa air, asap tembakau
|
Penyakit
jantung dan hipertensi pada manusia, mengganggu metabolisme seng dan tembaga
|
11.
|
Antimoni
|
Industri
|
Memperpendek
umur tikus
|
12.
|
Timbal
|
Buangan
mobil (dari bensin), cat (sebelum 1948)
|
Kerusakan
otak, konvulsi, gangguan tingkah laku, kematian
|
2.6.3. Pengaruh terhadap Bahan Lain
Partikulat-partikulat yang terdapat
di udara dapat mengakibatkan berbagai kerusakan padaberbagai bahan. Jenis dan
tingkat kerusakan yang dihasilkan oleh partikulat dipengaruhi oleh komposisi
kimia dansifat fisik partikulat tersebut. Kerusakan pasif terjadi jika
partikulat menempel atau mengendap pada bahan-bahan yang terbuat dari tanah
sehingga harus sering dibersihkan. Proses pembersihan sering mengakibatkan
cacat pada permukaan benda-benda dari tanah tersebut. Kerusakan kimia terjadi
jika partikulat yang menempel bersifat korosif atau partikulat tersebut membawa
komponen lain yang bersifat korosif.
Logam biasanya tahan terhadap korosi
di dalam udara kering atau di udara bersih yang hanya mengandung sedikit air.
Partikulat dapat merangsang korosi, terutama dengan adanya-komponen-yang-mengandung-sulfur.
Fungsi partikulat dalam merangsang kecepatan korosi adalah karena partikulat dapat berungsi sebagai inti dimana uap air dapat mengalami kondensasi, sehingga gas yang diserap oleh partikulat akan terlarut di dalam droplet air yang terbentuk. Polutan partikulat juga dapat merusak bahan bangunan yang terbuat dari tanah, cat, dan tekstil.
Fungsi partikulat dalam merangsang kecepatan korosi adalah karena partikulat dapat berungsi sebagai inti dimana uap air dapat mengalami kondensasi, sehingga gas yang diserap oleh partikulat akan terlarut di dalam droplet air yang terbentuk. Polutan partikulat juga dapat merusak bahan bangunan yang terbuat dari tanah, cat, dan tekstil.
2.6.4.
Pengaruh terhadap Radiasi Sinar Matahari dan Iklim
Partikulat yang terdapat di atmosfer
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi sinar matahari yang dapat
mencapai permukaan bumi. Pengaruh ini disebabkan oleh penyebaran dan absorbsi
sinar oleh partikulat. Salah satu pengaruh utama adalah penurunan visibilitas.
Sinar yang melalui objek ke pengamat akan diabsorbsi dan disebarkan oleh
partikulat sebelum mencapai pengamat, sehingga intensitas yang diterima dari
objek dan dari latar belakangnya akan berkurang.
Akibatnya perbedaan antara kedua
intensitas intensitas sinar tersebut hilang sehingga keduanya (objek dan latar
belakang) menjadi kurang kontras atau kabur. Penurunan visibilitas ini dapat
membahayakan, misalnya pada waktu mengendarai kendaraan atau kapal terbang.
Jumlah polutan partikulat bervariasi dengan manusia atau iklim. Pada musim
gugur dan salju, sistem pemanas didalam rumah-rumah dan gedung meningkat
sehingga dibutuhkan tenaga yang lebih tinggi yang mengakibatkan terbentuknya
lebih banyak partikulat.
Iklim dapat dipengaruhi oleh polusi
partikulat dalam dua cara. Partikulat di dalam atmosfer dapat mempengaruhi
pembentukan awan, hujan dan salju dengan cara berfungsi sebagai inti dimana air
dapat mengalami kondensasi. Selain itu penurunan jumlah radiasi solar yang
mencapai permukaan bumi karena adanya partikulat dapat mengalami kondensasi.
Selain itu penurunan jumlah radiasi solar yang mencapai permukaan bumi karena
adanya partikulat dapat mengganggu keseimbangan panas pada atmosfer bumi. Suhu
atmosfer bumi ternyata menurun sedikit sejak tahun 1940, meskipun pada beberapa
abad terakhir ini terjadi kenaikan kandungan CO2 di atmosfer yang seharusnya
mengakibatkan kenaikan suhu atmosfer. Peningkatan refleksi radiasi solar oleh
partikulat mungkin berperan dalam penurunan suhu atmosfer tersebut.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Dampak
Polusi Udara bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi:
- Mengganggu dan membahayakan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan
Dampak kesehatan yang paling umum
dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat
pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah
dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan
penyakit, antara lain klorosis,
nekrosis,
dan bintik hitam.
Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
- merusak
estetika
- mengganggu
kenyamanan
- merusak
gedung, kantor, dan perumahan
III.2. Saran
Saran untuk mengatasi polusi udara kota
terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan
sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di
dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan
serta kematian yang diakibatkan karenanya.
* Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan
umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua
kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi
kontribusi polutan udara.
* Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor
adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas,
rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat
membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
* Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman
atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan
biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju
* Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan
umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan
dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk
melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan
yang lain.
* Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di
pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut
kota, juga mengurangi polusi udara.
* Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar